Konservasi Penyu, Sukamade

Pantai Sukamade
Di hamparan Pasir Sukamade
Like my profile, aku suka travelling. Salah satu perjalananku yang ekstrim pada tahun 2009, ke sebuah pantai, tepatnya kawasan konservasi penyu di Pantai Sukamade, Kabupaten Banyuwangi, termasuk dalam cakupan Taman Nasional Meru Betiri. Aku disana sekitar 20 hari, bukan cuma buat maen2 aja tapi juga bantu kegiatan konservasi disana yang in the fact,,,,sangat melelahkan. But overall, itu adalah salah satu backpackingku yang kubanggakan, dimana kami ga cuma seneng2 tapi ada hal bermanfaat yang bisa kami lakukan.


Konservasi Penyu
Di dunia terdapat 7 jenis penyu dan 6 diantaranya dapat ditemukan di Indonesia. Enam jenis tersebut yaitu:
  1. penyu belimbing (Dermochelys coriacea),
  2. penyu hijau (Chelonia mydas),
  3.  penyu sisik (Eremochelys imbricate),
  4. penyu lekang (Lepidochelys olivacea)
  5. penyu tempayan (Caretta caretta)
  6. penyu pipih (Natator epresus)
Untuk jenis 1-4 ditemukan mendarat di Pantai Sukamade, sedangkan yang lainnya diketahui hanya berbiak di Australia,tetapi telah teramati mencari makan di perairan Indonesia. Musim bertelur penyu terjadi sepanjang tahun, tiap penyu akan bertelur sekitar 4 sampai 6 kali setiap tahunnya dengan interval masa peneluran selama 12 sampai 14 hari. Meskipun demikian, pada musim-musim tertentu, biasanya selama 2 sampai 5 bulan dalam setahun terjadi produksi telur melimpah. Di Indonesia produksi paling melimpah terjadi pada musim kemarau, yaitu antara bulan Juli dan Oktober.

Keberadaan penyu di Indonesia semakin terancam. Populasinya semakin menurun dari tahun ke tahun. Pembantaian penyu dan pengambilan telur secara liar telah mendorong menurunnya populasi penyu di Indonesia. Bahkan catatan terakhir WWF menyatakan penurunan populasi penyu di Indonesia mencapai 60%.

Di pantai tersebut dibangun beberapa fasilitas sederhana untuk pengembangbiakan penyu. Upaya pelestarian penyu yang dilakukan ditempuh melalui kegiatan pengamanan pantai, pengumpulan telur, pembuatan tempat penetasan semi permanen, pemeliharaan telur yang ditetaskan, pemeliharaan tukik (sebutan untuk anak penyu) yang baru menetas, pemeliharaan tukik di tempat penampungan, tagging, sexing, pencatatan data jumlah penyu, pencatatan data jumlah telur, penyuluhan, pelayanan penelitian, pelepasan tukik ke laut dan baru2 ini aku denger juga menyediakan pendidikan dan pelatihan untuk pelajar dan mahasiswa.
Pengelolaan penyu di Sukamade meliputi 6 kegiatan, yaitu:

a. Patroli malam;
b. Pemindahan telur penyu;
c. Penanaman telur penyu;
d. Penetasan telur penyu;
e. Perawatan tukik;
f. Pelepasan tukik.

Baru-baru ini Taman Nasional Meru Betiri bekerjasama dengan WWF Indonesia telah melakukan penelitian menggunakan Satellite Tracking untuk mengetahui daya jelajah penyu khususnya yang pernah mendarat di Pantai Sukamade. Ada tiga (3) penyu hijau yang dilepaskan menggunakan Satellite Tracking yaitu Dorte, Lotte, dan Elsebeth. Sampai saat ini penyu Dorte bergerak ke arah selatan pantai Sukamade menuju Australia, sedangkan penyu Lotte yang dilepaskan sendiri oleh Kepala Balai Taman Nasional Meru Betiri Bapak Ir. Herry Subagiadi, M.Sc bergerak ke arah timur melewati pantai selatan Bali kemudian ke arah pantai utara Lombok sampai mendekati pulau Sulawesi. Penyu Elsebeth sendiri masih bergerak berputar-putar di selatan pantai Sukamade menuju pulau Nusa Barung.

Akses ke Sukamade
Aku dan beberapa teman berangkat dari Malang pake kereta ekonomi, maklumlah backpacker ga mungkin naik pesawat (lagipula ga ada pesawat ke Sukamade,wkwkwk). Dan perjalanan yang amazing pun dimulai :
  • dari Malang (Stasiun Kotabaru) pake kereta Tawangalun jurusan Banyuwangi (kereta berangkat jam 2 siang). Tapi aku berhenti di Jember karena ada beberapa urusan di kantor TN. Meru Betiri. Buat yang pertama kali ke Sukamade ato yang punya keperluan resmi wajib ijin lewat kantor dulu. Kontak kantornya ada dibawah.
  • keluar dari Stasiun Jember (jam 8 malem) cari angkot menuju kantor TN. Meru Betiri. Kami bermalam disini.
  • keesokan paginya dilanjutkan ke Jajag menggunakan bus.
  • dari Jajag menggunakan minibus menuju Sarongan (sampe sini jam 3 sore). Di Sarongan kita berhenti di semacam kantor cabangnya TN. Meru Betiri yang membawahi Resor Sukamade.
  • dari Sarongan dilanjutkan dengan “taxi” ke Sukamade. Taksinya dateng jam 4. Tapi akhirnya berangkat magrib karena ada something wrong dengan tu taksi.
Eits,, jangan pikir taxi disini sekelas bluebird or something else. Taksinya adalah truk pasir (bener2 truk yang biasa dipake ngangkut sapi itu) milik “Pak Haji” yang dimodifikasi sedemikian rupa sehingga bisa melalui medan offroad yang mantap jaya. Truk Pak Haji ini adalah satu2nya transport umum menuju Sukamade. Truk ini hanya lewat sekali, pagi berangkat dari Sukamade menuju Sarongan, lalu sore harinya balik lagi ke Sukamade. Aku dan teman2 berjubel di dalam bak belakang bersama beberapa penduduk yang kebanyakan ibu2. Di antara kegelapan malam truk melaju membelah hutan, dan mataku sama sekali ga bisa nangkep apa2. Malam itu ga keliatan medannya seperti apa, yang  jelas sepanjang perjalanan truknya oleng kesana-kemari yang membuatku gave two thumbz up bwt drivernya. Lalu byuuuurrrr,, turunlah hujan lebat. Truk pun berhenti dan para awak kapal,,eh  maksudku awak truk melindungi bak belakang dengan terpal. Waktu itu keadaan di bak belakang sedikit ricuh, cz ada ibuk2 yang digerayangi kelabang. Temenku yang cewek ada yang eneg gitu, cz ada penumpang yang bawa durian (kebayang ga sih situasinya kayak apa..).


Kawasan Pantai Sukamade

Sampe mess Sukamade uda malam hari. FYI, disana ga ada listrik. Cuma ada genset atau sejenisnya lah, yang cuma dinyalain seminggu sekali buat nge-charge HT. Sinyal HP juga kagak ada. Jadi prepare baterai cadangan yang banyag deh kalo mo kesana. Dan rebutan nebeng nge-charge kamera, handycam, etc. Di sekitar mess ga ada warung. Kalo mau belanja di warung “Pak Haji” yang letaknya sekitar 1km dari mess, dan itu ditempuh dengan jalan kaki! Disitu ada masjid juga tempat temen2 cowok jumatan. Hehehe.. Jadi aku sarankan membawa perbekalan dari Sarongan semampunya. Dan di Sukamade akan terbiasa dengan menu oseng pakis, pucuk daun paku. Di mess ada kompor gas, jadi kami masak disitu, sekaligus masakin para ranger juga.

Disana kami bantu kerja para “ranger”, sebutan kami untuk para petugas di Sukamade itu. Disitu cuma ada tiga orang, yang mana mereka giliran jaga tiap seminggu sekali. Menurutku sih, personil segitu kurang banyak buat kerja di konservasi penyu. Tiap malam kami ke pantai yang jaraknya skitar 700m dari mess dan walaupun hujan, mereka tetap berangkat! Penyu hanya mendarat pada malam hari. Biasanya ke pantai tengah malam,,menyusuri pantai (mungkin garis pantainya lebih dari 1km deh, ga bisa memperkirakan, hehee). Kami ngintip penyu yang lagi bertelur, sekaligus merazia para pencuri telur penyu (banyak pencurian telur penyu karena kurangnya kesadaran mereka). Jika ditemukan penyu yang belum di tagging, maka dilakukan pemasangan cincin tag dari besi, yang dipasang di bagian siripnya. Tagging ini nantinya berguna untuk mendeteksi wilayah jelajah seekor penyu. Kata Pak Slamet sih (salah satu ranger), ada yaang ditemukan mendarat di Jepang. Patroli malam berakhir sekitar jam 2 dini hari.

Esok paginya, kembali menyussuri pantai, mencari jejak penyu dan mencari lubang tempat penyu bertelur semalam. Membutuhkan trik dan keahlian khusus untuk mendeteksi tanah yang di dalamnya ada telurnya. Telur2 yang dikeluarkan tadi malam di ambil (kedalamannya sampe 1meter) untuk dipindahkan ke tempat penetasan di dekat mess. Dalam tiap lubang biasanya berisi 60-200 butir telur dari satu induk betina.


Induk penyu
Penyu kesiangan,,hahaha

Di dekat mess ada bangunan tempat penetasan telur penyu. Lubang digali, kemudian telur2 dipendam kembali dan diberi tanda dari papan. Untuk telur yang udah menetas, tukiknya akan keluar sendiri dari dalam pasir kemudian dipindah ke bak2 beton yang diisi air laut. Karapaks (cangkang) tukik itu disikat. Air laut untuk pemeliharaan sementara, diambil dari laut. Kami yang bantu aja kelelahan tingkat tinggi harus mengumpulkan berpuluh jerigen air laut. Ngebayangin kalo ranger itu kerja sendiri. Wuuiiiihhh…salluut. Tukik yang di bak pembesaran sementara akan dilepas ke laut setelah cukup kuat. Dan pelepasan ini akan menjadi hal yang mengharukan buatku pribadi,,,:) Kata Pak Slamet, dari 1000 tukik, yang jadi seekor penyu dewasa hanya satu! Yang lain kalah oleh besarnya ombak atau dimangsa predator laut.

Tukik
Tukik. Dan di antara 1000, hanya satu yang bertahan.
Waktu itu kami juga punya kegiatan menanam pandan di pinggiran pantai. Benihnya ratusan dan kami harus membawanya dari mess ke pantai dan lagi, melelahkan. Di kawasan ini ga cuma ada penyu tapi juga merupakan habitat tumbuhan langka yaitu bunga raflesia (Rafflesia zollingeriana), dan beberapa jenis tumbuhan lainnya seperti bakau (Rhizophora sp.), api-api (Avicennia sp.), waru (Hibiscus tiliaceus), nyamplung (Calophyllum inophyllum), rengas (Gluta renghas), bungur (Lagerstroemia speciosa), pulai (Alstonia scholaris), bendo (Artocarpus elasticus), dan beberapa jenis tumbuhan obat-obatan.
Pada waktu itu kami mencoba ke bukit tempat habitat raflesia,,tapi tidak berhasil menemukan bunganya, bukan musimnya kali ya…

Selain penyu, kawasan ini memiliki potensi satwa dilindungi yang terdiri dari 29 jenis mamalia. Satwa tersebut diantaranya banteng (Bos javanicus javanicus), kera ekor panjang (Macaca fascicularis), macan tutul (Panthera pardus melas), ajag (Cuon alpinus javanicus), kucing hutan (Prionailurus bengalensis javanensis), rusa (Cervus timorensis russa), bajing terbang ekor merah (Iomys horsfieldii), merak (Pavo muticus).

Saat menyusuri hutan, kami sering menjumpai gerombolan banteng (inget, jangan pake baju merah). Kalo kera banyak sekali, bahkan kalo masak di dapur sering disamperin ketua gengnya kera yang menurutku menakutkan. Untuk satwa yang lain, ga pernah ketemu. Buat yang suka ber-canoe,,, ada disini. Biasanya kami berkano ria setiap sore di muara.Untuk menghibur diri di malam hari sebelum patroli, bolehlah bawa gitar, kartu poker, etc.

Another Views
kalo punya waktu lama disini, Taman Nasional Meru Betiri memiliki beberapa tempat sebagai kunjungan wisata jalur track yang menarik untuk wisata dan penelitian, antara lain Pantai Sukamade, Teluk Hijau, Teluk Bande Alit, Teluk Permisan dan Teluk Meru. Teluk Meru mempunyai panjang pantai 5 km, dengan dihuni berbagai macam biota laut salah satunya adalah Classis bivalvia. Kondisi lingkungan teluk meru yang belum tercemar menjadi andalan lokasi ini.

Jungle Track Bandealit – Sukamade merupakan favoritnya kelompok petualang untuk menjelajahi hutan hujan tropis dataran rendah, adapun jarak yang ditempuh adalah 18 km dengan berjalan kaki selama 3 hari melewati Bandealit – Teluk Meru (Camp I) – Teluk Permisan (Camp II) – Sukamade (Camp III). Saat perjalanan pulang, baru kami tau seberapa ekstrim jalur yang kami lewati pada saat berangkat dulu. Aku pikir ini semacam bukan jalan manusia. dan mungkin akan lebih baik, kalo menggunakan mobil offroad. Kiri jurang belantara dan sebelah kanan pohon2 super tinggi dan gede. Kadang beberapa kali awak truk harus turun tangan menebas ranting ato tanaman menjulur yang mengganggu jalur truk. Aku sarankan di bak belakang truk jangan duduk, berdiri aja. Dan pemandangannya,,,,,Subhanalaaaahhh,,, mantap jaya! Kami melewati pantai yang indaaaaaah banget (tapi sayang ga kesitu, mungkin lain kali) namanya Teluk Hijau masuk resor Rajegwesi. Sesuai namanya air laut disini tidak berwarna biru seperti layaknya air laut tetapi berwarna hijau.

Nah, buat yang berminat kesana, don’t forget for:
  • korek api, senter, lilin atau alat penerang lainnya. Inget, disini ga ada listrik
  • baterai cadangan buat gadget
  • survival equipment tergantung kegiatan yang direncanakan. Tapi yang jelas pisau lipat sama pocket tools wajib.
  • mantel, kalo kesana di musim penghujan
  • perbekalan secukupnya dan botol air minuum
  • lotion anti nyamuk
  • barang pribadi standar dan seperlunya
  • kartu, gitar, etc
Kantor Balai :
Jl Sriwijaya 53 Kotak Pos 269 Jember – Jawa Timur
Telp/Fax.(0331)335535
E-Mail : meru@telkom.net